Pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang dikabarkan hilang kontak saat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.10 WIB pagi ini. Sedianya, pesawat tersebut tiba di Bandara Depati Amir pukul 07.20 WIB. pesawat tersebut membawa 181 penumpang, terdiri dari 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi.
Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S – 107 07.16 E . Anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), memastikan ada pesawat jatuh di dekat fasilitas mereka yang berada di lepas pantai di utara Bekasi, Jawa Barat. Lokasi jatuhnya pesawat di dekat fasilitas milik PHE ONWJ namun tidak terkena sarana dan prasarana Pertamina di sana.
Dalam keterangan tertulis yang diterima dari Basarnas, ada saksi atas nama Suyadi yang mengaku melihat pesawat jatuh di sekitar Tanjung Karawang. Pihak Basarnas Marsekal Muda TNI M Syaugi memastikan pihaknya sudah menemukan beberapa puing pesawat, pesawat telah ditemukan di daerah Tanjung Karawang.
Direktur Umum Lion Air Grup Edward Sirait , membenarkan pihaknya hilang kontak dengan pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut. Pihak Lion Air juga tengah menelusuri informasi yang menyebutkan pesawat tersebut mendarat darurat di Halim dan Karawang.
dilansir detik.com terdapat Tiga hakim dalam pesawat tersebut. Mahkamah Agung (MA) berduka.Ketiga hakim itu adalah hakim tinggi PT Pangkalpinang, Kartika Ayuningtyas Upiek dan Asnahwati. Serta hakim PN Koba, Ikhsan Riyadi. Ikhsan berangkat beserta keluarga.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh merupakan pesawat baru. Pesawat ini mulai beroperasi pada Agustus 2018.Sementera itu Lion Air juga membenarkan bahwa pesawat nahas itu buatan 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. “Pesawat dinyatakan laik operasi,” demikian keterangan tertulis Lion Air.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan telah mendirikan pusat krisis (crisis center) untuk kejadian ini . Terminal 1-B Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, untuk keluarga penumpang.
Rembugan konten ini sebanyak post